Terapi dan Pencegahan Pengobatan Deep Vein Thrombosis

Terapi dan Pencegahan Pengobatan Deep Vein Thrombosis

  • 11/09/2023
  • News

wellcareforyou - Deep Vein Thrombosis (DVT) adalah kondisi medis yang serius yang terjadi ketika gumpalan darah terbentuk di dalam pembuluh darah utama, khususnya di kaki dan panggul. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi serius seperti emboli paru dan sindrom pascatrombosis. Oleh karena itu, pengobatan DVT dan upaya pencegahan sangatlah penting. Artikel ini akan membahas berbagai metode pengobatan DVT serta langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil.

Pengobatan DVT


Pengobatan DVT bertujuan untuk mencegah gumpalan darah makin membesar, mencegah terjadinya emboli paru, dan mengurangi risiko kambuhnya DVT. Berikut adalah metode pengobatan yang umum digunakan

Obat-obatan


Pasien DVT akan diberikan obat antikoagulan, seperti heparin, nadroparin, dan warfarin. Obat-obat ini berfungsi mencegah gumpalan darah membesar dan mengurangi risiko terbentuknya gumpalan darah baru. Dalam kasus DVT yang parah atau ketika terdapat emboli paru, dokter mungkin akan meresepkan obat trombolitik yang bekerja memecah gumpalan darah secara cepat.

Filter Vena Cava


Jika pengobatan dengan obat-obatan tidak efektif, dokter dapat memasang filter khusus di pembuluh darah rongga perut utama (vena cava). Filter ini berfungsi untuk mencegah gumpalan darah memasuki paru-paru dan menyebabkan emboli paru. Penting untuk dicatat bahwa pemasangan filter dalam jangka panjang dapat memperburuk kondisi, sehingga filter sebaiknya dilepas setelah risiko komplikasi berkurang.

Stoking Kompresi


Stoking kompresi dipakai di bawah atau di atas lutut untuk mencegah pembengkakan akibat DVT. Pasien disarankan untuk mengenakan stoking kompresi ini setiap hari, minimal sampai 2 tahun, dengan tujuan mengurangi risiko terbentuknya gumpalan darah baru.

Trombektomi


Trombektomi dilakukan jika gumpalan darah berukuran besar dan telah menyebabkan kerusakan jaringan. Prosedur ini melibatkan pembuatan irisan kecil di pembuluh darah, diikuti dengan pengangkatan gumpalan darah dan perbaikan jaringan serta pembuluh darah yang rusak. Kadang-kadang, dokter menggunakan balon khusus untuk menjaga pembuluh darah tetap terbuka lebar selama pengangkatan gumpalan darah.
Umumnya, tindakan dan metode pengobatan yang dilakukan biasanya akan menyesuaikan kondisi dari para pasien. Itulah mengapa dalam proses pengobatan akan selalu diawali dengan beberapa proses pemeriksaan guna memastikan jika pasien membutuhkan metode pengobatan yang tepat dan efektif.

Baca juga Mengenal Penyakit Mematikan HIV dan AIDS

Komplikasi DVT


Deep vein thrombosis dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk

Emboli Paru - Terjadi ketika gumpalan darah lepas dari tungkai dan menyumbat pembuluh darah arteri di paru-paru.

Sindrom Pascatrombosis (PTS) - Merupakan gangguan aliran darah di pembuluh darah vena yang timbul sebagai akibat dari DVT.

Pencegahan DVT


DVT yang disebabkan oleh kelainan genetik mungkin tidak dapat dicegah, tetapi DVT akibat kondisi atau penyakit lain dapat dicegah dengan beberapa langkah, yaitu:

Gerakan Tungkai - Jika Anda menjalani tirah baring dalam waktu lama atau bepergian dalam perjalanan panjang, pastikan untuk melakukan gerakan tungkai sesekali atau berjalan agar aliran darah tetap lancar.

Obat Antikoagulan Pasca Operasi - Jika Anda baru saja menjalani operasi, konsumsilah obat antikoagulan yang diresepkan oleh dokter untuk mengurangi risiko terbentuknya gumpalan darah pasca operasi.

Gaya Hidup Sehat - Jalani pola hidup sehat dengan tidak merokok, mengonsumsi makanan bergizi, menjaga berat badan ideal, dan berolahraga secara teratur.
Penting untuk diingat bahwa DVT adalah kondisi medis serius, dan pengobatan serta pencegahan yang tepat dapat mengurangi risiko komplikasi yang membahayakan nyawa. Konsultasikan selalu dengan dokter untuk diagnosis dan pengelolaan yang sesuai jika Anda mengalami gejala DVT atau memiliki risiko tinggi terkena kondisi ini.

Read More
Deep Vein Thrombosis (DVT), Kondisi Pembekuan Darah yang Perlu Diwaspadai

Deep Vein Thrombosis (DVT), Kondisi Pembekuan Darah yang Perlu Diwaspadai

  • 11/09/2023
  • News

wellcareforyou - Deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam adalah kondisi serius yang dapat terjadi ketika darah menggumpal di dalam pembuluh darah vena yang dalam. Biasanya, DVT terbentuk di pembuluh darah paha atau betis, tetapi dapat terjadi di berbagai bagian tubuh lainnya.
Gumpalan darah terbentuk ketika darah mengalami proses koagulasi, mengubahnya dari bentuk cair menjadi bentuk padat. Biasanya, koagulasi terjadi sebagai respons alami tubuh terhadap luka atau cedera untuk menghentikan perdarahan. Namun, pada DVT, penggumpalan darah terjadi di dalam vena, menghambat aliran darah normal. Jika gumpalan darah ini tidak diobati, ia dapat terlepas dan berpindah melalui aliran darah, berpotensi menyumbat pembuluh darah arteri di paru-paru. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan bahkan kematian.

Penyebab Deep Vein Thrombosis


Trombosis vena dalam dapat dipicu oleh berbagai kondisi atau penyakit yang mengganggu aliran darah normal atau meningkatkan risiko penggumpalan darah. Ada tiga faktor utama yang dapat menyebabkan DVT
Kerusakan pada pembuluh darah vena.
Gangguan aliran darah di pembuluh darah vena.
Kondisi darah yang lebih mudah membentuk gumpalan (hiperkoagulabilitas).

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami DVT meliputi
Usia di atas 60 tahun.
Kebiasaan merokok.
Penggunaan narkotika jenis suntik.
Penggunaan obat kemoterapi.
Kondisi genetik yang mempengaruhi kemampuan darah untuk membeku, seperti Factor V Leiden, sindrom nefrotik, dan sindrom antifosfolipid.
Perjalanan panjang dengan mobil, kereta, atau pesawat yang menyebabkan kurangnya gerakan kaki.
Lama mengalami tirah baring, kelumpuhan, atau penyakit yang menghambat aktivitas kaki dalam jangka waktu lama.
Riwayat serangan jantung, gagal jantung, kanker, radang usus, kelebihan berat badan, atau obesitas.
Riwayat operasi pada pembuluh darah vena, seperti operasi jantung, perut, atau penggantian lutut dan panggul.
Riwayat cedera pada bagian bawah tubuh, seperti patah tulang paha, tulang kaki, atau tulang panggul.
Penyakit yang mempengaruhi fungsi pembuluh darah, seperti vaskulitis dan varises.
Kenaikan kadar hormon estrogen, seperti selama kehamilan, setelah melahirkan, penggunaan pil KB, atau terapi penggantian hormon estrogen.
Riwayat DVT atau emboli paru baik dalam keluarga maupun pada diri sendiri.
Penyempitan pada pembuluh darah belakang paha (popliteal artery entrapment syndrome atau PAES).

Gejala Deep Vein Thrombosis


Dalam beberapa kasus, DVT mungkin tidak menunjukkan gejala yang jelas. Namun, beberapa tanda dan gejala yang dapat muncul akibat DVT meliputi
Perasaan hangat pada tungkai yang terkena DVT.
Nyeri yang memburuk saat menekuk kaki.
Bengkak pada satu tungkai, terutama di bagian betis.
Kram yang biasanya dimulai di betis, terutama pada malam hari.
Perubahan warna kulit kaki menjadi pucat, merah, atau lebih gelap dari biasanya.

Kapan Harus Menghubungi Dokter


Jika Anda mengalami gejala-gejala DVT yang telah disebutkan di atas, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Jika DVT tidak segera diobati, gumpalan darah dapat mencapai paru-paru dan menyumbat pembuluh darah di sana. Kondisi ini dikenal sebagai emboli paru, yang merupakan kondisi medis darurat dengan gejala-gejala berikut

Batuk berdarah.
Peningkatan denyut nadi.
Sesak napas atau pernapasan yang pendek tiba-tiba.
Nyeri dada yang intens saat batuk atau mengambil napas dalam-dalam.
Pusing dan rasa ingin pingsan.

Baca juga Terapi dan Pencegahan Pengobatan Deep Vein Thrombosis

Diagnosis Deep Vein Thrombosis


Untuk mendiagnosis DVT, dokter akan memeriksa gejala dan riwayat kesehatan pasien. Pemeriksaan fisik juga akan dilakukan pada area yang terkena gejala dan bengkak. Selanjutnya, dokter mungkin akan melakukan serangkaian tes, termasuk

Tes darah - Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar D-dimer dalam darah. Kadar D-dimer yang tinggi dapat mengindikasikan kemungkinan adanya DVT.

USG Doppler - Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah aliran darah normal atau terhambat akibat gumpalan darah.

Venografi - Prosedur ini menggunakan sinar-X dengan pewarna kontras untuk menentukan lokasi aliran darah yang terhalang oleh gumpalan darah dalam pembuluh darah vena.

MRI - Pemindaian dengan MRI digunakan untuk mendapatkan gambaran lebih jelas tentang pembuluh darah vena dan juga dapat mendeteksi gangguan lain yang mungkin ada di sekitar pembuluh darah yang terkena.
Dalam kasus Deep Vein Thrombosis, diagnosis dini dan pengobatan yang tepat adalah kunci untuk mencegah komplikasi serius yang dapat terjadi. Oleh karena itu, jika Anda memiliki faktor risiko atau mengalami gejala yang mencurigakan, segera konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut dan perawatan yang diperlukan.

Read More
Pengertian, Faktor Risiko, Penyebab, Gejala, dan Diagnosis Deep Vein Thrombosis (DVT)

Pengertian, Faktor Risiko, Penyebab, Gejala, dan Diagnosis Deep Vein Thrombosis (DVT)

  • 09/09/2023
  • News

wellcareforyou - Deep Vein Thrombosis (DVT), atau dalam bahasa Indonesia disebut trombosis vena dalam, adalah kondisi serius yang terjadi ketika darah menggumpal di dalam pembuluh darah vena yang terletak di bagian dalam tubuh. Kondisi ini paling sering terjadi pada pembuluh darah vena besar yang terletak di paha dan betis. DVT dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, terutama jika gumpalan darah terlepas dan mencapai paru-paru, yang dapat mengakibatkan kondisi berbahaya yang dikenal sebagai emboli paru atau pulmonary embolism (PE) dan venous thromboembolism (VTE).

Faktor Risiko DVT


Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami DVT meliputi

Riwayat Gangguan Penggumpalan Darah
Orang yang memiliki riwayat keluarga dengan masalah penggumpalan darah memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami DVT. Faktor genetik ini menjadi lebih berisiko jika dikombinasikan dengan faktor risiko lainnya.

Tidur Berkepanjangan
Menahan kaki dalam posisi yang tidak bergerak untuk waktu yang lama, seperti saat mengalami kelumpuhan atau tinggal di rumah sakit dalam jangka waktu yang cukup lama, dapat meningkatkan risiko penggumpalan darah.

Cedera atau Baru Melakukan Pembedahan
Cedera pada pembuluh darah atau operasi baru-baru ini dapat meningkatkan risiko terjadinya DVT.

Kehamilan
Kehamilan dapat meningkatkan tekanan dalam pembuluh darah di panggul dan kaki. Wanita dengan riwayat gangguan penggumpalan darah genetik juga berisiko lebih tinggi mengalami DVT selama kehamilan, bahkan hingga enam minggu setelah persalinan.

Pil KB atau Terapi Hormon
Penggunaan pil kontrasepsi oral (Pil KB) dan terapi penggantian hormon dapat meningkatkan kemampuan darah untuk membentuk gumpalan.

Kelebihan Berat Badan atau Obesitas
Obesitas dapat meningkatkan tekanan dalam pembuluh darah di panggul dan kaki.

Merokok
Merokok dapat mempengaruhi kemampuan darah untuk menggumpal dan sirkulasi darah, yang dapat meningkatkan risiko DVT.

Kanker
Beberapa jenis kanker dapat meningkatkan kadar zat dalam darah yang menyebabkan penggumpalan darah. Selain itu, beberapa jenis pengobatan kanker juga dapat meningkatkan risiko DVT.

Gagal Jantung
Individu yang menderita gagal jantung memiliki risiko lebih tinggi terkena DVT dan emboli paru. Gagal jantung mengakibatkan gangguan fungsi paru-paru dan hati yang dapat memperburuk risiko ini.

Penyakit Radang Usus
Penyakit usus seperti kolitis ulserativa dan penyakit Crohn dapat meningkatkan risiko terjadinya DVT.

Usia
Usia di atas 60 tahun dapat meningkatkan risiko DVT, meskipun kondisi ini dapat terjadi pada semua kelompok usia.

Duduk dalam Waktu yang Lama
Ketika otot betis tidak bergerak untuk waktu yang lama, gumpalan darah dapat terbentuk di dalamnya.

Baca juga Penyakit Lupus, Patologi Autoimun yang Kompleks

Penyebab DVT


DVT dapat disebabkan oleh segala sesuatu yang menghambat aliran darah normal atau memicu pembekuan darah yang tidak normal. Namun, penyebab utama DVT adalah kerusakan pada vena akibat pembedahan atau trauma, serta peradangan akibat infeksi atau cedera.

Gejala DVT


Adapun beberapa gejala umum dari DVT seperti
Rasa sakit, pembengkakan, dan nyeri pada area yang terkena.
Perubahan warna kulit menjadi kemerahan dan rasa hangat pada area yang terkena.
Nyeri yang bertambah saat menekuk kaki mendekati lutut.
Pembuluh darah di sekitar area yang terkena tampak lebih besar dari biasanya.
Diagnosis DVT
Diagnosis DVT biasanya dilakukan melalui:
Pemeriksaan fisik.
Wawancara mengenai gejala yang dialami.
Sonogram (USG) pada kaki atau area yang bengkak untuk mengukur aliran darah.
Tes darah (D-Dimeer) untuk mengukur kandungan zat dalam darah yang meningkat saat terjadi penggumpalan darah.
Penting untuk segera mencari bantuan medis jika Anda mengalami gejala DVT atau memiliki faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terkena kondisi ini. DVT adalah kondisi serius yang memerlukan perawatan medis segera untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.

Read More
Mengenal Penyakit Mematikan HIV dan AIDS

Mengenal Penyakit Mematikan HIV dan AIDS

  • 09/09/2023
  • News

wellcareforyou - Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah penyakit yang telah menjadi momok bagi kesehatan global. Virus ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia, terutama dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4 yang penting untuk melawan infeksi. Akibatnya, daya tahan tubuh manusia menurun, membuat individu yang terinfeksi HIV rentan terhadap berbagai penyakit. HIV yang tidak segera diobati dapat berkembang menjadi Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), yang merupakan tahap akhir infeksi HIV di mana kemampuan tubuh untuk melawan infeksi telah hilang sepenuhnya.

Penularan HIV


Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh penderita, seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, serta ASI. Penting untuk dicatat bahwa HIV tidak menular melalui udara, air, keringat, air mata, air liur, gigitan nyamuk, atau sentuhan fisik. Oleh karena itu, penularan HIV dapat dicegah dengan pengetahuan yang benar tentang cara penyebaran dan pencegahan.

Situasi HIV dan AIDS di Indonesia


Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2019, terdapat lebih dari 50.000 kasus infeksi HIV di Indonesia. Mayoritas kasus HIV terjadi pada heteroseksual, diikuti oleh lelaki seks lelaki (LSL) atau homoseksual, pengguna NAPZA suntik, dan pekerja seks. Sementara itu, jumlah penderita AIDS di Indonesia cenderung meningkat, dengan lebih dari 7.000 penderita AIDS dan angka kematian mencapai lebih dari 600 orang pada tahun 2019.
Namun, ada titik terang dalam pertempuran melawan HIV dan AIDS di Indonesia. Dari tahun 2005 hingga 2019, angka kematian akibat AIDS terus mengalami penurunan, menunjukkan bahwa upaya pengobatan di Indonesia telah berhasil menurunkan angka kematian akibat penyakit ini.

Gejala HIV dan AIDS


Gejala awal HIV seringkali mirip dengan flu ringan, muncul 2-6 minggu setelah terinfeksi. Gejala ini dapat disertai dengan gejala lain dan bertahan selama 1-2 minggu. Setelah periode flu awal, gejala mungkin tidak terlihat selama bertahun-tahun, meskipun virus HIV terus merusak sistem kekebalan tubuh. Hanya ketika penyakit parah seperti diare kronis, pneumonia, atau toksoplasmosis otak muncul, seseorang akan menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi HIV.

Penyebab dan Faktor Risiko HIV dan AIDS


HIV disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus (HIV), dan jika tidak diobati, dapat berkembang menjadi AIDS. Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seks vaginal atau anal, penggunaan jarum suntik bersama-sama, transfusi darah, atau dari ibu ke anak selama masa kehamilan, melahirkan, dan menyusui. Faktor-faktor seperti berhubungan seksual tanpa pengaman, berbagi jarum suntik, atau pekerjaan yang melibatkan kontak dengan cairan tubuh manusia tanpa alat pelindung yang memadai dapat meningkatkan risiko penularan.

Baca juga Pengertian, Faktor Risiko, Penyebab, Gejala, dan Diagnosis Deep Vein Thrombosis (DVT)

Pengobatan dan Pencegahan HIV dan AIDS


Penderita HIV harus segera mendapatkan pengobatan berupa terapi antiretroviral (ARV). Terapi ARV berfungsi mencegah penyebaran virus HIV yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh. Selain itu, ada beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan, termasuk tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah, tidak berganti-ganti pasangan seksual, menggunakan kondom saat berhubungan seks, menghindari penggunaan narkoba, dan mendapatkan informasi yang benar tentang HIV, cara penularan, pencegahan, dan pengobatan, terutama bagi anak remaja.
HIV dan AIDS merupakan masalah serius kesehatan global, termasuk di Indonesia. Namun, dengan pengetahuan yang benar, pengobatan yang tepat, dan tindakan pencegahan yang tepat, kita dapat berperang melawan penyakit ini. Penting bagi individu untuk melakukan pemeriksaan dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk melindungi diri mereka dan orang lain dari bahaya HIV dan AIDS.

Read More
Diagnosis dan Pengobatan Penyakit Lupus

Diagnosis dan Pengobatan Penyakit Lupus

  • 08/09/2023
  • News

wellcareforyou - Penyakit Lupus, sebagai salah satu penyakit autoimun yang kompleks, seringkali sulit untuk didiagnosa karena gejalanya yang beragam pada setiap individu yang terkena. Dokter harus melakukan serangkaian langkah untuk memastikan diagnosis yang akurat dan merencanakan pengobatan yang sesuai. Dalam artikel ini, kita akan membahas proses diagnosis, pengobatan, pencegahan, dan komplikasi penyakit Lupus.

Diagnosis Penyakit Lupus


Pertama-tama, dokter akan memeriksa gejala yang dirasakan oleh pasien serta meninjau riwayat kesehatan pasien dan keluarganya. Proses ini adalah langkah awal dalam menentukan apakah seseorang mengidap Lupus. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan kesehatan penunjang yang melibatkan beberapa tes diagnostik, seperti

Tes Darah - Tes ini bertujuan untuk mengukur jumlah sel darah dan menilai fungsi organ-organ penting seperti ginjal dan hati.

Urinalisis - Tes ini digunakan untuk mendeteksi keberadaan antibodi khusus dalam darah, yang biasanya dimiliki oleh penderita Lupus.

text - Tes Pencitraan: Pemeriksaan ini, seperti rontgen dada dan ekokardiogram, dapat membantu mengidentifikasi peradangan atau penumpukan cairan dalam atau di sekitar jantung dan paru-paru.

Biopsi Jaringan - Melalui prosedur ini, dokter akan mengevaluasi apakah ada jaringan yang tidak normal pada kulit atau ginjal, yang dapat menjadi tanda Lupus.

Apakah Lupus Berbahaya?


Lupus merupakan penyakit yang berbahaya karena tidak memiliki penyembuhan total dan dapat berpotensi mengancam nyawa. Peradangan yang terjadi dapat mengenai berbagai organ dalam tubuh, termasuk ginjal, otak, sistem saraf pusat, darah, paru-paru, dan jantung. Namun, dengan pengobatan yang tepat, tingkat keparahan gejala dapat dikendalikan, dan kerusakan organ dapat dicegah.

Pengobatan Penyakit Lupus


Pengobatan Lupus bertujuan untuk mengurangi gejala dan meminimalkan peradangan. Beberapa opsi pengobatan yang dapat diresepkan oleh dokter termasuk

Penggunaan Obat - Dokter dapat memberikan obat seperti Hydroxychloroquine untuk mengatasi ruam dan gejala radang sendi. Kortikosteroid dan penekan sistem kekebalan juga bisa digunakan untuk mengendalikan peradangan.

Perubahan Gaya Hidup - Pasien Lupus juga perlu mengadopsi gaya hidup sehat, seperti berhenti merokok, membatasi asupan alkohol, rutin berolahraga, dan menjaga kesehatan tubuh dengan pemeriksaan berkala.

Pencegahan Penyakit Lupus


Meskipun penyakit Lupus tidak dapat sepenuhnya dihindari, beberapa langkah pencegahan dapat membantu mengurangi risiko serangan atau meminimalkan gejalanya. Beberapa cara pencegahan Lupus meliputi
Batasi paparan sinar matahari, terutama pada siang hari.
Hindari stres dan konsumsi obat-obatan yang dapat memperburuk gejala.
Terapkan pola hidup sehat, termasuk diet seimbang dan olahraga teratur.
Berhenti merokok untuk melindungi organ dalam tubuh.
Terapkan teknik manajemen stres seperti meditasi dan yoga.
Pastikan tidur yang cukup selama tujuh hingga sembilan jam setiap malam.

Baca juga Mengenal Jenis, Penyebab, dan Gejala Penyakit Tiroid Sejak Dini

Komplikasi Penyakit Lupus


Ada sejumlah komplikasi yang dapat timbul akibat peradangan yang ditimbulkan oleh Lupus, antara lain

Gangguan Ginjal - Peradangan dapat merusak ginjal dan bahkan menyebabkan gagal ginjal.

Masalah pada Darah atau Pembuluh Darah - Lupus dapat menyebabkan peradangan pada pembuluh darah atau vaskulitis, serta masalah pada perdarahan atau pembekuan darah.

Penyakit Jantung - Peradangan pada jantung dan jaringan sekitarnya meningkatkan risiko penyakit jantung, serangan jantung, dan stroke.

Masalah pada Paru-paru - Radang paru-paru dapat menyebabkan nyeri saat bernapas.

Gangguan pada Sistem Saraf - Ketika Lupus menyerang otak, pengidapnya dapat mengalami gejala seperti pusing, sakit kepala, atau bahkan kejang.
Dalam menghadapi penyakit Lupus, diagnosa dini, pengobatan yang tepat, dan perubahan gaya hidup sehat memainkan peran penting dalam menjaga kualitas hidup penderita dan mengurangi risiko komplikasi serius. Selalu konsultasikan dengan dokter Anda untuk mendapatkan panduan dan perawatan yang sesuai jika Anda memiliki gejala Lupus atau risiko penyakit ini.

Read More
Showing 96 to 100 of 191 results